Kematian bagi Mereka
Di
suatu pagi di akhir Maret, matahari sedang membagi senyum
indahnya nan hangat. Bias-biasnya menyelusup di sela-sela tirai kelas
bagian depan.
Anak-anak
yang biasa duduk di dekat situ biasanya sedikit bergeser berlindung di
balik tirai. Saat itu mereka sedang belajar menirukan beberapa
kosakata dalam bahasa Inggris. sambil menunjukkan gambarnya. Sebagian
tampak antuasias sampai menirukan beberapa kali. hingga bibir mungilnya
manyun. Ada yang mengusili teman sebangkunya hingga terjadi
pertengkaran kecil. Dan Bu Guru dengan penuh kesabaran datang melerai.
Jika sudah demikian maka pelajaran terhenti sementara.
Lamat-lamat dari kejauhan terdengar suara sekelompok orang melantunkan kalimat Tahlil .
Tanpa diduga, tiba-tiba anak-anak berdiri dan berteriak-teriak, "Ada orang mati!! Orang mati!!"
Ibu Guru segera meredakan kegaduhan itu dan memberi penjelasan pendek tentang apa yang sebaiknya diucapkan oleh seorang muslim ketika melihat jenasah dan apa yang perlu dilakukan oleh yang masih hidup (seperti memandikan, mengkafani, menyolatkan dan menguburkan).
Sesi tanya jawab mulai bermunculan di sini. Seorang murid wanita dari keturunan Tionghoa , mengajukan pertanyaan pertamanya.
Maymay : "Bu, kenapa orang bisa mati?"
Bu Guru : "Banyak sebabnya, mungkin karena sakit."
Manda : "Sakit aja kok bisa mati sih Bu?"
Bu Guru : "Sakitnya sudah parah. Nggak bisa diobati lagi"
Maymay : "Ngapain orang sudah mati kok didoakan ?"
Kali ini Bu Guru belum sempat menjawab, tiba-tiba sudah dipotong oleh seorang murid laki-laki yang segera berdiri dan menunjukkan ekspresi marah atas munculnya pertanyaan itu.
Wibie : "Ya supaya cepet sembuh sih! Gitu aja nggak tahu!!"
Ada lagi yang nyeletuk dengan kalimat lugunya.
Dikrie : "Aku nanti kalau mati nggak mau dimandikan! Aku mau mandi sendiri. Aku kan sudah bisa mandi sendiri. " :D
Ahhh...senangnya berbaur dengan cara berpikir mereka yang kritis sekaligus polos... ;)
Comments
Post a Comment